Dampak erupsi Gunung Semeru |
Lumajang - Ada sebaris kalimat yang tertulis dalam coretan di jendela kaca salah satu rumah di Dusun Sumbersari Umbulan, Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang: 'Lindungilah hamba ya Allah'.
Coretan tangan itu telihat jelas karena debu yang menempel di jendela kaca cukup tebal imbas terpaan awan panas dan abu vulkanik Gunung Semeru pada hari Sabtu sore (04-12-2021).
Ketika sebelum kejadian, sebagian besar warga masih tenang meski tahu Gunung Semeru akan memuntahkan awan panas. Biasanya, material awan panas memang melintas di kampung tersebut, tapi dalam kapasitas kecil melintasi Sungai Umbulan. Sebab, awan panas biasanya lebih banyak melalui Sungai Curah Kobokan yang ada sebelah utara kampung tersebut.
Namun, warga mendadak panik. Aliran awan panas sangat besar dan cepat hingga melintasi ladang dan permukiman warga. Sontak warga langsung berhamburan masuk ke rumah ketika abu vulkanik yang berasal dari muntahan Gunung Semeru terlihat membumbung tinggi.
"Awalnya biasa, tidak ada yang panik. Akhirnya datang abu. Orang-orang langsung lari masuk ke rumah. Kondisinya gelap akibat datang abu", ungkap Warsito warga setempat.
Di dalam rumah, Warsito mengaku sesak karena abu vulkanik juga masuk ke rumahnya. Listrik juga tiba-tiba padam sehingga kondisi menjadi gelap. Dirinya keluar rumah ketika ada sedikit cahaya dan langsung menuju masjid setempat.
Di sana, warga sudah lalu lalang berhamburan. Warga panik dan berusaha keluar dari kampung tersebut untuk mencari tempat aman.
Awan panas telah membuat Dusun Sumbersari hancur. Ladang warga yang ada di pinggir aliran sungai ludes. Rumah tinggal warga juga banyak yang hancur terendam lumpur diselimuti abu vulkanik.
Ternak warga juga banyak yang mati. Sapi bergelimpangan di kandangnya tanpa sempat melarikan diri.
Saat kondisi mereda, warga memberanikan diri untuk menengok rumahnya, sembari menyelamatkan barang berharganya yang masih tersisa. Mereka tidak ingin menempati kampung itu lagi dan ingin direlokasi ke tempat yang aman.
"Sudah tidak aman dan ingin menempati yang lebih aman", kata Lukman. Begitu juga dengan Purwanto. Dia sudah tidak ingin berada di kampung itu. Menurutnya, jika masih berada di kampung tersebut, warga tetap dibayangi ancaman awan panas Semeru. "Tidak menargetkan membuat yang bagus, yang penting ada tempat berteduh dan aman. Meski sederhana asal tidur nyenyak, kan nyaman," ungkap Lukman.
Saat ini, warga di kampung tersebut masih mengungsi. Mereka kembali ke rumahnya hanya untuk mengamankan barang-barang yang masih tersisa. (Her)