Harga elpiji nonsubsidi yang mengalami kenaikan |
Lumajang - Harga elpiji nonsubsidi di Lumajang kembali mengalami kenaikan, yang ukuran tabung 12 kilogram sekarang 187 ribu, padahal sebelumnya seharga 160 ribu, sedangkan harga elpiji ukuran 5 kilogram sebelumnya 80 ribu menjadi 90 ribu.
Harga baru ini memberatkan pelaku usaha mikro kecil dan menengah. Sebab kenaikan harga elpiji nonsubsidi berbarengan dengan kenaikan kebutuhan pokok lain, seperti daging dan minyak goreng.
Kenaikan harga ini paling dirasakan oleh pelaku usaha olahan makanan. Tidak sedikit dari mereka yang mengaku omset pendapatannya berkurang, karena keuntungannya semakin tipis.
Rohana (51 tahun), pemilik usaha warung makan di area Jalan Brigjen Katamso Toga Lumajang ini misalnya. Dia mengatakan, elpiji ukuran 5 kilogram bisa dihabiskan dalam waktu 3 hari.
Mendengar harga elpiji nonsubsidi naik, dia mengaku merasa berat. Jika tidak mendapatkan keuntungan yang cukup, dia akan kembali menggunakan elpiji subsidi ukuran tiga kilogram alias gas melon.
"Kalau menaikkan harga jual makanan tidak mungkin, ya terpaksa nantinya beli elpiji melon", kata Rohana.
Beralihnya pengguna elpiji nonsubsidi ke elpiji bersubsidi adalah hal yang paling mungkin terjadi.
Pasalnya, tingginya rentang harga antara dua produk menjadi pemicu. Apalagi, gara-gara pandemi Covid-19 konsumsi masyarakat turun. Banyak orang yang lebih memilih irit belanja.
Apabila banyak masyarakat yang beralih menggunakan elpiji bersubsidi, pemerintah harus menggelontorkan subsidi lebih banyak lagi. Ada ancaman masyarakat miskin kesulitan mendapat elpiji melon, karena makin banyak orang-orang yang memburu produk tersebut.
Abdul Hamid, seorang agen elpiji di mengakui, sudah mulai banyak masyarakat mengeluh atas ketetapan harga baru ini. Sepekan ini sudah mulai banyak konsumen beralih ke elpiji melon.
LPG berukuran 5 kilogram dan 12 kilogram dalam kurun waktu dua bulan, kenaikan harga terjadi dua kali.
Sebelumnya LPG nonsubsidi dibanderol dengan harga 11.500 per kilogram. Namun, pada Desember 2021 tahun lalu naik menjadi 13.500 per kilogram. Dan pada akhir Februari 2022 harganya naik lagi menjadi 15.500 per kilogram. Kenaikan ini tentu mengejutkan. Imbasnya, agen LPG banyak menerima keluhan dari masyarakat.
Banyak warga yang kaget, mereka tidak tahu kalau harganya yang naik itu juga berlaku di Lumajang. Apalagi ini kenaikan terjadi dua kali.
Hamid mengatakan, saat kenaikan pertama banyak masyarakat memilih tidak membeli LPG 5 dan 12 kilogram. Memang jumlah pemilik tabung yang membeli di pangkalannya tersebut tidak banyak. Namun, hal itu terlihat sejak kenaikan pertama itu. Dalam beberapa pekan ini saja, jumlah yang membeli masih bisa dihitung dengan jari.
Dikhawatirkan masyarakat banyak yang beralih ke LPG 3 kilogram. Padahal, LPG yang sudah disubsidi itu hanya diperuntukkan bagi masyarakat tertentu saja.
“Memang harganya sangat beda jauh. Kalau LPG 3 kilogram itu hanya 18 ribu. Sedangkan LPG 5 kilogram bisa sampai 90 ribu lebih. Bergantung jenis LPG dan penjualnya”, katanya.
Hal tersebut juga berlaku pada LPG 12 kilogram. Harga per tabungnya mencapai 187 ribu. Jika dibandingkan, harga tersebut bisa untuk membeli 10 LPG subsidi 3 kilogram.
“Semoga harganya turun dan stabil lagi. Kalau tetap, masyarakat pasti banyak yang beralih membeli LPG 3 kilogram. Sedangkan LPG 5 dan 12 kilogram bisa-bisa tidak laku”, ungkap Hamid. (Her)