Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan utama destop

Utama Mobile (SPACE)

Indeks Berita

Pembangunan Huntara Untuk Warga Terdampak Bencana Erupsi Gunung Semeru Berjalan Lambat, Ini Penjelasannya

Rabu, 23 Maret 2022 | 18:37 WIB Last Updated 2022-04-02T23:53:14Z
Realisasi pembangunan hunian tetap (huntap) lebih cepat daripada pembangunan hunian sementara (huntara)


Lumajang - Pembangunan hunian sementara (huntara) untuk warga terdampak bencana erupsi Gunung Semeru di Desa Sumbermujur Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang berjalan lambat.


Data terbaru dari Pemkab Lumajang per tanggal 21 Maret 2022 menunjukkan, dari target 547 unit yang akan dibangun pada tahap 1 ini, hanya 99 unit yang telah selesai dibangun.


Sebanyak 315 unit lagi sedang dalam proses pembangunan. Sedangkan, yang belum diproses 133 unit. Angka tersebut terbilang jauh dibandingkan dengan progres pembangunan hunian tetap (huntap) di lokasi yang sama.


Sedangkan pembangunan hunian tetap (huntap) kini sudah mencapai 74 persen berdasarkan data terbaru Pemkab Lumajang per 21 Maret 2022.


Dari total 1.951 unit yang akan dibangun, sudah dalam proses sebanyak 1.483 unit dan 468 belum diproses.


Padahal, Pemkab Lumajang menargetkan huntara dan huntap rampung sebelum lebaran 2022. Kini proses pembangunan huntara masih dalam pembangunan tahap pertama, dan baru akan dilanjutkan pembangunan tahap kedua bulan ini.


Dijelaskan oleh Ketua Tim Pembangunan Huntara Pemkab Lumajang, Nugroho Dwi Atmoko kepada awak media, bahwa lambatnya pembangunan huntara terjadi karena yang mengerjakan adalah Non-Governmental Organization (NGO).


Menurutnya, dari 70 NGO yang masuk dalam daftar pengerjaan huntara tahap 1 hanya 53 yang mengerjakan. Sedangkan 17 lainnya tidak ada konfirmasi.


"Karena huntara yang mengerjakan kan donatur. Dari 70 NGO itu yang mengerjakan 53, yang lain sampai sekarang tidak ada konfirmasi", kata Nugroho, Rabu (23-03-2022).


Nugroho juga mengatakan, bahwa kemampuan finansial serta tenaga masing-masing NGO berbeda. Sehingga pihaknya kesulitan untuk mendesak dilakukan percepatan pembangunan.


"Kemampuan masing-masing NGO baik dari segi pendanaan dan sumberdaya manusianya kan beda-beda, sehingga kita tidak bisa minta mempercepat. Apalagi rata-rata mereka itu dari luar kota", ungkapnya.


Selain itu, faktor cuaca dan medan juga menjadi penyebab terhambatnya pembangunan huntara. Karena lokasi yang dibangun huntara, awalnya merupakan hutan produksi.


"Faktor cuaca dan medan dari hutan produksi kemudian jadi perumahan butuh banyak hal yang cukup berat", tambahnya.


Pemkab Lumajang berencana melakukan evaluasi terhadap NGO, sebelum proses pembangunan tahap kedua dilaksanakan. Pada tahap kedua nanti, selain memasukkan NGO yang belum tercover dalam proses pengerjaan tahap pertama, menurut Nugroho, hanya 53 NGO dari tahap pertama yang akan dimasukkan list pengerjaan tahap kedua.


Sedangkan sisanya, akan diambil alih oleh Baznas. Termasuk juga NGO yang menyatakan tidak sanggup melanjutkan proses pengerjaan.


"Tahap kedua kami akan memasukkan NGO yang 53 itu saja. NGO yang belum tergabung di tahap awal juga kita masukkan. Baru sisanya akan di taken over sumbangan dari baznas melengkapi 1951 unit tersebut. Baznas nanti bisa menunjuk pihak ketiga", tandasnya. (Her)
×
Berita Terbaru Update
/* script Youtube Responsive */