Kondisi rumah warga di Kampung Renteng Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang pasca terendam lahar panas erupsi Gunung Semeru pada awal Desember 2021 yang lalu |
Lumajang – Setelah lima bulan pasca erupsi Gunung Semeru, sebagian besar warga Dusun Kamar Kajang Desa Sumberwuluh Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang, masih menetap di rumahnya masing-masing dengan kondisi bangunan yang rata-rata rusak berat setelah terendam banjir lahar panas pada tanggal 4 Desember 2021 yang lalu.
Rumah-rumah warga yang rusak berat di Dusun Kamar Kajang tersebut nyaris tidak tersentuh oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang, padahal ketika hujan turun dengan intensitas tinggi di puncak Gunung Semeru, maka area tersebut menjadi jalannya lahar dingin, bahkan beberapa kali sampai masuk ke dalam rumah rumah warga dan juga meluber sampai ke ruas jalan nasional menuju Gladak Perak. Warga setempat sangat ketakutan jika hujan turun sangat lebat karena masih mengalami trauma akibat erupsi Gunung Semeru.
Dusun Kamar Kajang seperti kampung mati tak berpenghuni lantaran tidak adanya perbaikan infrastruktur ataupun aliran listrik, sebagian besar warga menduga jika hal itu sengaja dilakukan oleh Pemerintah agar warga meninggalkan kampung tersebut untuk direlokasi ke hunian sementara (huntara) dan hunian tetap (huntap), namun sampai dengan saat ini hunian yang dijanjikan oleh Pemerintah masih belum ada kepastian bisa ditempati oleh warga dusun Kamar Kajang yang terdampak.
Menyikapi ketidakpastian akan nasib dan masa depannya, maka mulai hari Sabtu (07-05-2022) sejumlah warga Dusun Kamar Kajang berinisiatif menggalang dana untuk menyewa alat berat dengan memanfaatkan momentum Lebaran dimana banyak warga pengendara melintas ruas di jalan nasional yang akan atau telah melintasi jembatan Gladak Perak.
Kholik (50 tahun) warga dusun Kamar Kajang menjelaskan kepada awak media, bahwa penggalangan dana tersebut untuk biaya sewa alat berat yang akan digunakan melakukan normalisasi aliran lahar agar ketika turun hujan deras air lahar tidak masuk ke rumah-rumah warga dan tidak lagi tumpah ke jalan. Ia berharap agar Pemerintah Kabupaten Lumajang segera mengevaluasi terkait daerah yang ditetapkan sebagai zona merah.
“Kami berharap kepada Pemerintah agar tahu penderitaan kami, menunggu rumah relokasi di hunian tetap belum ada kejelasan, pada hari Minggu (08-05-2022), perwakilan dari Kecamatan Candipuro dan Kepala Desa serta Korlap Kebencanaan hadir di tengah aktifitas kami, akan berupaya untuk segera menyampaikan mendesaknya kebutuhan normalisasi sungai aliran lahar dengan sumber dana dari donasi yang ada di Baznas, serta berharap kepada satgas kebencanaan agar mengevaluasi terkait wilayah yang ditetapkan sebagai zona merah”, ungkap Kholik.
Sementara itu, disampaikan oleh Abdul Aziz sekcam Candipuro saat di konfirmasi oleh awak media terkait aktivitas yang dilakukan oleh sebagian warga Dusun Kamar Kajang tersebut tersebut merupakan spontanitas warga yang berinisiatif untuk melakukan normalisasi aliran sungai tanpa koordinasi dengan pihak Kecamatan ataupun Pemerintah Desa, namun pihaknya sudah melakukan komunikasi dengan koordinator lapangan agar tidak melakukan penggalangan dana di jalan dan semua biaya operasional akan diupayakan dicukupi oleh Pemerintah Daerah melalui Baznas Kabupaten Lumajang.
“Kami sudah menemui koordinator aksi yang akhirnya disepakati untuk tidak melakukan penggalangan dana di jalan, biaya operasional alat berat dan lain-lain diupayakan dicukupi oleh Pemerintah Daerah melalui Baznas Kabupaten Lumjang”, ungkapnya.
Abdul Azis menambahkan, bahwa sebelumnya sudah dilaksanakan penyudetan, seiring berjalannya waktu serta dengan tingginya curah hujan di puncak Gunung Semeru dan sekitarnya yang membawa material vulkanik, maka kembali terjadi pendangkalan pada beberapa aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru, sehingga air dengan debit yang besar dari avour kembali tumpah ke jalan”, paparnya. (Her)