dr Bayu Wibowo Ignasius, Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Lumajang. |
Lumajang - Penderita stunting (gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan gizi buruk) di Kabupaten Lumajang sangat tinggi. Bahkan angkanya tertinggi ke 4 di Jawa Timur.
Dihubungi melalui whatsapp (Selasa, 22-11-2022), Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang, dr Bayu Wibowo Ignasius menyatakan, bahwa sejak tahun 2021 angka stunting di Lumajang mencapai 30 persen. Jumlah itu sebenarnya menurun 4 persen dari tahun 2019 yang angkanya 34 persen.
“Diharapkan ada percepatan penurunan angka stunting di Lumajang. Sebab, pada tahun 2019 angka stunting mencapai 34 persen. Di tahun 2021, angka stunting di Lumajang menurun menjadi 30 persen. Sudah menurun meski masih tinggi, ya termasuk nomor 4 di Jawa Timur”, kata dr Bayu.
Menurutnya, secara angka, stunting di Kabupaten Lumajang terus menurun. Misalnya pada tahun 2021, jumlahnya turun 4 persen dari tahun sebelumnya. Sementara untuk tahun ini angkanya belum keluar.
“Untuk tahun 2022, proses survei masih sampai pada tahap finalisasi, sehingga belum keluar angka resminya. Namun info yang kami dapatkan, sementara turun cukup signifikan”, ungkapnya.
Pemerintah Kabupaten Lumajang dan Pemerintah Pusat sudah menganggarkan untuk memberi makanan tambahan pada balita yang teridentifikasi mengalami kurang gizi dan ibu hamil kurang gizi.
Menurut dr Bayu, ada beberapa variabel yang didasarkan pengukuran untuk dikatakan anak masuk kategori stunting. Anak dengan postur pendek atau kecil belum tentu masuk stunting.
Dijelaskannya, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi terhambatnya tumbuh kembang dan stagnasi tubuh lainnya sehingga anak tersebut disebut stunting.
“Anak dengan stunting menjadi masalah gagal tumbuh dan berkembang sehingga ke depan tidak bisa menjadi sumber daya manusia pembangunan yang diandalkan”, kata dr Bayu.
Kondisi ini, lanjut Bayu, akibat dari kekurangan gizi jangka panjang. Bisa jadi sebelum ibu hamil, bahkan sejak remaja putri sudah mengalami kekurangan gizi. Sebagian besar penyebab stunting adalah perilaku gizi yang salah.
Saat ini remaja putri juga diharuskan minum tablet tambah darah, Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Lumajang telah bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Pondok Pesantren serta Kantor Kementerian Agama di Lumajang untuk sosialisasi dan pelaksanaan pemberian tablet tambah darah.
Ditambahkannya, bahwa anak penderita stunting sebagian besar akibat kekurangan zat besi dan protein hewani. Menurutnya, remaja yang mengalami anemia cukup bervariasi, antara 20 sampai 40 persen.
“Hal ini diakibatkan oleh perilaku makan dan pemenuhan gizi yang kurang seperti sayur, susu, protein hewani, ikan, telur dan daging”, terangnya.
Diterangkannya pula, selain pemberian makanan tambahan hal penting untuk pendakian dan pengendalian stunting adalah perbaikan sanitasi dan air bersih, pendewasaan usia nikah, peningkatan pendidikan, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan ketersediaan pangan sumber protein.
”Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, utamanya remaja putri dan ibu muda. Mereka lebih suka jajan cilok, mie instan, nasi goreng daripada nasi sayur dengan urap telur tahu tempe ikan laut dan makanan bergizi lainnya”, pungkasnya. (Her)