 |
| Kuasa Hukum Madin Irsyadul Mubtadiin, Ahmad Sholeh, SH. MH. |
Pasuruan - Warga Dusun Babatan Desa Bakalan Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan, menilai bahwa keberadaan Yayasan Irsyadul Mubtadiin malah membuat resah dan perpecahan di masyarakat karena sudah menyebabkan polemik dan konflik.
Seperti yang sudah dijelaskan dalam pemberitaan sebelumnya Polemik terus bergulir, pembangunan gedung Taman Kanak-kanak (TK) yang sudah mulai dibangun di atas Tanah Kas Desa (TKD) distop oleh Kades Bakalan, karena tanpa sosialisasi dan persetujuan dari warga Dusun Babatan.
Hingga berujung Achmad Abdulloh selaku Kades Bakalan, Kasun Babatan dan Ketua Bumdes Bakalan Bangkit mendapat Somasi dari pihak Yayasan Irsyadul Mubtadiin
Karena polemik terus berkepanjangan, akhirnya Ahmad Sholeh SH,MH, selaku kuasa hukum Madin angkat bicara, dari pemberitaan sebelumnya bahwa permintaan ketua Yayasan Irsyadul Mubtadiin, Munadi supaya Kades mempertemukan saya dengan Tatok dan duduk bersama, ini ada apa ? Sedangkan Ia tidak sedang berkonflik dengan Tatok.
"Saya tegaskan bahwa saya ini tidak sedang berkonflik dengan Tatok, harapan saya, selesaikan lah dengan masyarakat Dusun Babatan, karena ini terkait kemaslahatan Madin", ungkapnya. Minggu, (15/12/2024).
Terkait surat Somasi dari Yayasan Irsyadul Mubtadiin yang ditujukan ke Kades Bakalan, Kasun Babatan serta ketua Bumdes, menurutnya ini sangat ironis sekali, seharusnya yang mensomasi itu adalah pihak Madin, karena dana bagi hasil Afalan/CSR dari PT. MJB Pharma yang kemarin sempat dikelola oleh Yayasan 1(satu) tahun yang lalu, tidak dipergunakan untuk kemaslahatan Madin tetapi untuk kepentingan yang lain.
"Terkait Surat Somasi yang dilayangkan ke tiga unsur Pemdes Bakalan, ini sangat ironis sekali, seharusnya yang melayangkan somasi itu Madin, karena apa, dana yang dikelola Yayasan dalam 1 tahun kemarin tidak dipergunakan untuk kemaslahatan Madin dan dipergunakan untuk kepentingan lain, yaitu membangun gedung TK di atas tanah TKD, tanpa persetujuan warga Babatan, sehingga polemik terus berkepanjangan, ini kan ironis sekali," jelasnya.
Sholeh juga menegaskan dalam kehidupan bermasyarakat, harus bisa membedakan mana kepentingan pribadi, golongan dan masyarakat, karena kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi dan golongan, itulah etika dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. (Son)
