 |
| Dian (31) pemilik angkringan. |
Pasuruan – Dalam tiga tahun terakhir, Dian (31) telah menjalani profesinya sebagai pedagang warung kopi lesehan di atas jembatan samping Rumah Makan Cianjur, Pandaan, Kabupaten Pasuruan. Dengan penuh dedikasi, ia terus berjuang memenuhi kebutuhan hidup melalui usaha kuliner malam hari yang ia rintis.
Warung kopi milik Dian buka mulai pukul 20.00 malam hingga 03.00 pagi, dan setiap malamnya selalu menyuguhkan suasana yang nyaman bagi para pengunjung. Selain kopi, Dian juga menawarkan beragam kuliner sederhana yang menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi warga lokal dan para pengendara yang melintasi Pandaan.
Namun, usaha ini tak lepas dari tantangan. Salah satu kendala terbesar yang dihadapi Dian adalah cuaca, terutama saat musim hujan. Hujan deras kerap memaksanya menghentikan aktivitas berjualan, yang berdampak langsung pada penghasilan hariannya.
“Bagaimanapun cuacanya, saya selalu bersyukur. Alhamdulillah, kalau sekarang tidak hujan, saya bisa jualan dan pembeli juga lumayan ramai,” ungkap Dian sambil tersenyum kepada Potret Media, Sabtu (18/1/2025) malam.
Pantauan langsung di lokasi menunjukkan suasana warung kopi yang cukup ramai malam itu. Para pelanggan terlihat menikmati waktu mereka dengan santai, menikmati hidangan, dan bercengkerama di bawah suasana khas Pandaan yang sejuk.
Pandaan memang dikenal sebagai salah satu destinasi kuliner favorit di Jawa Timur. Banyak pengunjung mengaku rindu untuk kembali menikmati suasana dan cita rasa khas daerah ini. Lokasinya yang strategis di jalur utama Surabaya-Malang juga membuat tempat-tempat kuliner di sini, termasuk warung Dian, semakin mudah diakses.
Meski harus menghadapi berbagai tantangan, semangat Dian untuk terus bertahan dan mengembangkan usahanya patut diacungi jempol. “Saya hanya ingin memberikan yang terbaik untuk keluarga saya. Selama masih ada peluang, saya akan terus berusaha,” tuturnya.
Kisah Dian mencerminkan semangat juang yang tinggi dan menjadi inspirasi bagi siapa saja yang tengah menghadapi rintangan dalam hidup. Dengan usaha yang gigih dan rasa syukur, ia membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah alasan untuk menyerah. (Sugeng)
