Pawai ogoh-ogoh warga suku Tengger Kecamatan Tosari. |
Pasuruan – Warga Suku Tengger di Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, menggelar pawai Ogoh-ogoh yang berlangsung meriah. Tradisi tahunan ini berhasil menarik perhatian ratusan pengunjung, baik dari warga lokal maupun wisatawan dari luar kota yang ingin menyaksikan keunikan budaya ini.
Pawai Ogoh-ogoh merupakan bagian dari rangkaian ritual Tawur Kesanga, yang bertujuan untuk mengusir energi negatif dan roh jahat menjelang Hari Raya Nyepi. Dalam tradisi Hindu, Ogoh-ogoh—yang dibuat menyerupai sosok menyeramkan—melambangkan sifat buruk dan energi negatif yang harus dimusnahkan. Setelah diarak keliling desa, Ogoh-ogoh tersebut dibakar sebagai simbol pemurnian diri dan lingkungan.
Salah satu warga setempat, Usy (35), menjelaskan bahwa acara ini rutin dilaksanakan sehari sebelum umat Hindu menjalankan Catur Brata Penyepian. "Pawai ini menjadi bagian dari upacara penting kami untuk membersihkan desa dari pengaruh buruk dan mempersiapkan diri untuk menyambut Nyepi," ujarnya.
Rangkaian Nyepi sendiri tidak hanya menjadi momentum spiritual, tetapi juga bentuk refleksi mendalam bagi umat Hindu. Hari Nyepi diisi dengan pelaksanaan empat prinsip utama, yakni amati karya (tidak bekerja), amati geni (tidak menyalakan api), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang).
Tradisi seperti pawai Ogoh-ogoh menunjukkan kekayaan budaya yang tetap terjaga di tengah modernitas. Kehadirannya tidak hanya menjadi bentuk ekspresi keagamaan, tetapi juga daya tarik wisata yang mengundang banyak orang untuk belajar dan menghormati kearifan lokal.
Acara ini mendapat apresiasi dari pengunjung yang merasa terhibur dan kagum akan keindahan budaya masyarakat Tengger. "Pawai ini sangat menarik dan penuh makna. Kami senang bisa menjadi bagian dari pengalaman unik ini," ujar salah seorang wisatawan asal Surabaya.
Pawai Ogoh-ogoh menjadi bukti nyata bahwa tradisi lokal tetap memiliki tempat penting dalam kehidupan masyarakat modern. Selain sebagai bentuk pelestarian budaya, acara ini juga menjadi sarana pendidikan dan hiburan bagi masyarakat luas. (Sugeng)